Home » , » Sebuah Karya, Memperoleh Beasiswa ke Prancis

Sebuah Karya, Memperoleh Beasiswa ke Prancis

Senin 23 april 2012 fakultas usuluddin UIN sunan kalijaga mengadakan bedah buku Teologi Negatif Ibnu Arabi yang bertempat di teatrikal perpustakaan UIN sunan kalijaga, yang di hadiri langsung oleh penulisnya sendiri dan dua narasumber yaitu A.M Sofwan (direktur Rausyan Fikr) dan Dr. JB Heru Prakoso SJ. yang mengkaji langsung semua isi buku secara tuntas. Bedah buku ini di dasarkan pada kegelisahan mahasiswa usuluddin yang sangat semangat mengetahui apa dan bagaimana teologi negatif ibnu arabai itu sendiri.

Dalam bedah buku tersebut mahasiswa mencoba untuk menelaah secara mendalam agar penegtahuannya menjadi lebih mendalam untuk mengetahui isi buku yang di karang oleh Muhammad al-fayyadl. Penulis buku tersebut merespon baik terhadap mahasiswa yang mendesak untuk di adakannya bedah buku teologi negatif ibnu arabi. Karena dari sejarah di terbitkannya buku itu berawal dari tugas akhir untuk mendapakan gelar S1.

Penulis buku tersebut menyarankan atau menghimbau terhadap mahasiswa agar lebih dalam lagi untuk mengkaji apa yang ada dalam buku tersebut. Supaya pengetahuan terhadap teologi tidak sekedar dalam karangannya.

Mahmudin Hasan Ketua panitia bedah buku mengatakan bahwasanya bedah buku teologi negatif ibnu arabi sangat bagus sebab buku tersebut di tulis oleh seorang ilmuan muda yang sangat kritis. Dan teman-teman panitia sangat bangga dengan di adakannya acara ini.

Dalam beberapa hari yang silam semua panitia mengkaji isi buku yang selama ini menjadi perbincangan sebab tak banyak mahasiswa yang menerbitkan bukunya dari hasil tugas ahir kuliah (skripsi). Maka dengan asal mula di terbitkannya buku tersebut mahasiswa menjadi tertarik untuk mempelajarinya.

Tanggapan dari mahasiswa terhadap buku tersebut sangat senang karena isi buku yang sangat mudah di pahami untuk para mahasiswa usuluddin. Dari aspek lain penulis menawarkan berbagai hal yang berbeda di antaranya, sudut pandang yang berbeda dalam pembahasan buku tentang teologi tutur ketua panitia.

Hasil dari bedah buku tersebut sangat banyak sekali. Di antaranya memberikan motifasi bagi mahasiswa yang aktif dalam kuliah agar skripsi yang akan di ajukan untuk tugas akhir, bisa di terbitkan menjadi sebuah buku. Dan mahasiswa menjadikan buku tersebut menjadi acuan untuk bahan diskusi sehari-hari serta mahasiswa bisa mengaca pada Muhammad Al-fayydl si penulis buku. Sebab dengan menulis buku tersebut penulis mendapatkan beasiswa S2 di prancis.

Muhmudin hasan menyarankan agar mahasiswa tetap eksis dalam berkarya dan tidak mudah patah semangat untuk menjadikan skripsi sebagai awal untuk membuat sebuah buku yang spektakuler. Dan mahasiswa harus menunjukkan bahwa sifat akademisnya tetap tertanam dalam benaknya.

Supriadi mahasiswa usuluddin asal madura mengatakan, saya sangat bangga dengan hadirnya buku teologi negatif ibnu arabi. Sebab saya menjadi semangat untuk lebih mendalam lagi dalam mempelajari teologi-teologi yang ada dari pemikiran semenjak dahulu hingga kini.

Saya menyarankan terhadap mahasiswa agar supaya tetap semangat dalam menekuni bidang-bidangnya masing-masing terutama mahasiswa fakultas usuluddin. Agar menjadi mahasiswa yang linear dalam menjalani masa pendidikannya.

Harapannya terhadap penulis, supaya mengarang buku yang lebih spektakuler. Agar menjadi panutan mahasiswa usuluddin itu sendiri.

 Sepintas Tentang Isi Buku

 “… Aku mencintai, namun aku tak tahu siapa yang ku cintai.”   Jika Nietzsche dikenal dengan aforisma, dalam pelbagai karyanya, maka Ibn ‘Arabi di kenal dengan syairnya. Salah satunya adalah seperti di atas, yang-ironisnya-menjadi pijakan fundamental dan mendasar untuk memahami kompleksitas pemikiran Ibnu ‘Arabi mengenai Tuhan. Sya’ir tersebut muncul ketika Ia, Ibn ‘Arabi, berada dalam fase fatrah dalam perjalannya mengenal Tuhan. Fatrah berarti fase dimana para salik merasa genting dan menyakitkan karena Tuhan yang ia cintai telah meninggalkan dirinya. Fase ini lumrah, dalam artian bahwa semua salik dalam usaha mendekatkan dan mengenal Tuhan akan mengalami keterasingan dariNya.

Adalah merupakan waktu paling menakutkan, bila fase fatrah ini menghampiri. Karena, di samping si salik mencoba untuk inferior dari dunia beserta isinya, masih saja ia diterpa bergulung-gulung ombak menakutkan; kehilangan akan Tuhan dalam suatu waktu!

Pengalaman religius seperti itu kemudian disadari Ibn ‘Arabi lalu, dijadikan sebagai konsep filosofisnya mengenai Tuhan. Bahwa manusia ada dalam posisi antara usaha penyerupaan (tasybih) dan penolakan (tanzih) untuk mengetahui Tuhan. Jadi, sejauh apa pun bentuk usahanya maka, manusia berada dalam ketegangan-antara  tasybih dan tanzih.

Konfliknya adalah, apakah ketegangan tasybih dan tanzih ini berkonseksensi arbitrer dengan analogi dalam konsep daur dan tasalsul; sehingga, bahwa, usaha si salik merupakan niscaya sia-sia? Nah, inilah menariknya untuk membaca tuntas isi buku Muhammad Al-Fayyadl ini!



0 comments:

Post a Comment

 
Copyright © 2012. Umar Faruq Blog - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger | Web Design