Home » » PERAN PENDIDIKAN TERHADAP SEKS PRANIKAH

PERAN PENDIDIKAN TERHADAP SEKS PRANIKAH

Mengapa para remaja cenderung memperaktekkan seks pranikah? Ini menjadi pertanyaan besar bagi kaula muda. Pertanyaan ini bukan senda gurau belaka tapi harus dipahami dan diresapi, toh walaupun kedengarannya sudah basi di telinga kita.

Seks adalah prilaku yang melibatkan sentuhan secara fisik anggota badan anatara pria dan wanita yang mencapai hubunga intim yang biasa dilakukan oleh suami istri. Sedangkan prilaku seks pranikah adalah hubungan tidak berlandaskan terhadap hukum dan kepercayaan serta agama masing-masing individu

Seks biasa dilakukan remaja masa kini (seks pranikah), bahkan kalau pacaran tidak melakukan perbuatan itu tidak dinamakan pacaran lagi, lantas dimana letak pacaran yang sebenarnya?. Apakah sesudah melakukan seks pranikah itu dianggap pacaran?

Mengingat hasil surve pada tahun 1990 di 12 kota besar Indonesia baru menunjukkan 20 persen siswa SMP, SMA dan mahasiswa sudah mengaku tidak perawan lagi. Sedangkan 2008 mengindikasikan persentasenya naik menjadi 62,7 persen dan tahun ini diperkrakan naik 3 kali lipat. Drs Masri Muadz memaparkan, mengapa para remaja putri cenderung memperaktekkan seks pranikah. Penyebabnya antara lain karena menuruti keinginan pacar dan bergaul dengan sebayanya yang pro seks pranikah. (KR. Desember 2010)

Hal itu sudah dianggap biasa oleh remaja bahkan mempraktekkan seks pranikah menjadi tradisi bagi orang berpacaran kalau tidak melakukan perbuatan tersebut pacaran dianggap tidak sempurna.

Dengan demikian banyak wanita hamil tanpa ayah penyebabnya tidak lain hanyalah melakukan perbuatan yang di benci tuhan, kalau dilihat perbuatannya memang sepele dan hamper tidak masuk akal tetapi akibat perbuatan tersebut bisa mengakibatkan kerusakan individu atau kelompok

Dilihat dari pandangan agama perbuatan seks pranikah sangat dilarang karena perbuatan itu sangat keji dan bisa mengantarkan terhadap hal-hal yang tidak diinginkan semisal hamil. Wanita hamil sudah biasa sebab kodrat wanita diciptkan tuhan memang untuk melahirkan yaitu dengan proses hamil, guna menciptakan keturunan melalui hubungan laki-laki dan wanita. Maka tuhan menciptakan manisia berpasang-pasangan supaya ada interaksi antar lain jenis melalui hukum agama.

Isu-isu hamil pranikah banyak sekali menurut penelitian, kehamilan di luar nikah meningkat Misalnya, di Surabaya tercatat 54 persen, Bandung (47 persen), Medan (52 persen). Sementara penelitian di Jogjakarta menunjukkan dari 1.160 mahasiswa, 37 persen di antaranya mengalami kehamilan sebelum menikah.(Surya, Desember 2010)

Faktor Keluarga

Berpijak pada fakta, jelas bahwa keluarga adalah faktor utama pembentukan anak didik semua karakter anak tumbuh dan berkembang sesuai dengan apa yang diajarkan orangtua mulai sejak dini hingga menjadi dewasa karakter anak baik bila orang tuanya mendidik dengan cara baik pula

Keluarga (orangtua) tidak selayaknya membiarkan pergaulan bebas terhadap anak. Kebanyakan orang tua sudah meyakini bahwa pergaulan anaknya tiap hari sudah sesuai dengan yang diinginkan. Sehaurnya sebagai orangtua harus mengoreksi perilaku dan kecakapan tiap hari agar karekter anak bisa di ketahui sesuai dengan yang di inginkan orangtua. Para remaja kini kebanyakan kurang kontrol dari orangtua akibatnya semua remaja akan bergerak bebas dalam bertindak bagaimanapun. Fakta dari hasil penelitian Synovate Research (2007) yang melibatkan 450 responden usia 15-24 tahun di Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Medan menunjukkan, 65 persen remaja mengetahui tentang seks dari teman dan 35 persen dari film porno. Sedangkan lokasi favorit yang mereka pilih adalah di rumah (40 persen), rumah kos (26 persen), dan di hotel (26 persen). Hasil ini dibenarkan dalam penelitian Farhan (2009), bahwa kondisi keluarga sekarang bergeser.

Hasil penelitian ini bisa dijadikan pembenaran bahwa rumah bukan lagi tempat senda gurau dengan orangtua malainkan rumah menjadi tempat seks pranikah yang menyimpang dari aturan-aturan agama.

Doktrin dari berbagai media sangat tajam untuk mengubah sifat anak karena hal-hal itu mudah diakses semenjak zaman semakin maju dan perkembangan tehnologi berkembang pesat maka kegagalan orangtua nampak sekali bila seorang anak di biarkan mengakses situs-situs tidak layak dibuka oleh anak berusia dini.

Pada dasarnya pendidikan seks yang terbaik itu diajarkan oleh orangtua sendiri, dan dapat pula diwujudkan dalam tata cara orangtua hidup bersuami-istri yang bersatu dalam perkawinan dan menggunakan aturan yang berlaku (agama).

Kesulitan yang timbul kemudian adalah apabila orangtua kurang paham dan tidak terbuka dan cendrerung tidak memberikan pemahaman tentang masalah-masalah seks anak. Akibatnya anak mendapatkan informasi yang tidak sehat. Seorang peneliti menyimpulkan informasi seks yang tidak sehat atau tidak sesuai dengan perkembangan usia remaja ini mengakibatkan remaja terlibat dalam kasus-kasus berupa konflik-konflik dan gangguan mental, ide-ide yang salah dan ketakutan-ketakutan yang berhubungan dengan seks. Dalam hal ini, terciptanya konflik dan gangguan mental serta ide-ide yang salah dapat memungkinkan seorang remaja untuk melakukan perilaku seks pranikah.(rileks.com)
___________________________
*Umar Faruq
Penulis adalah mahasiswa fakultas hukum Universitas Cokroaminoto Yogyakarta
Dan aktif di Ikatan Alumni Annuqayah

0 comments:

Post a Comment

 
Copyright © 2012. Umar Faruq Blog - All Rights Reserved
Proudly powered by Blogger | Web Design